PEMIMPIN ADALAH MAWAR
Kapten Arm Ahmad Budiman, S.Sos.
Ketika itu, Kapten Inf Agus Rohman telah menjabat sebagai Komandan Kompi di Batalyon Infanteri L 330/TD. Dari awal ia bertugas di sana, ia memang dikenal sebagai pemimpin yang sangat akrab dengan anggotanya. Bahkan, keluarganya pun memiliki kedekatan dengan para anggota Kapten Inf Agus Rohman. Ibunda, Siti Rohmah Latifah, kerap mengirim makanan kepada para anggota melalui Kapten Inf Agus Rohman.
“Ujang, itu ada singkong, bolu, dan leupeut. Bawa saja ke Cicalengka untuk teman-teman,” kata Siti Rohmah Latifah kepada Agus Rohman.
“Iya, Né.”
Pada malam itu, Kapten Inf Agus Rohman pun membawa kantong plastik berisi makanan untuk diberikan kepada anggota di batalyon. Hal ini biasa terjadi. Siti Rohmah Latifah memang selalu memasak berlebih karena di rumahnya, ia harus memasak untuk sepuluh orang anaknya, tiga orang anak asuhnya, dan suaminya.
Kebiasaan Kapten Inf Agus Rohman itu membuat para personelnya merasa dekat. Mereka merasa bahwa Kapten Inf Agus Rohman adalah pemimpin yang baik dan bersahabat. Namun, kebaikan dan rasa persahabatan Kapten Inf Agus Rohman malah dianggap sebagai bentuk ketidaktegasan.
Pada malam itu, Prajurit Muhidin dan personel lainnya tengah berjaga di pos. Sementara itu, Kapten Inf Agus Rohman sedang pulang ke Cibaduyut. Prajurit Muhidin dan personel lainnya tertidur di pos itu. Mereka menganggap bahwa komandan mereka, Kapten Inf Agus Rohman, tidak akan marah sebab ia adalah orang yang baik dan ramah. Lagi pula, mereka mengira bahwa komandan mereka tidak akan datang malam itu.
Namun, pukul 01.00 dini hari, Kapten Inf Agus Rohman datang ke Markas Batalyon Infanteri L 330/TD dengan membawa makanan dari Ibunya. Namun, ia terkesiap ketika melihat personelnya tertidur di pos. Saat itu pula, ia membangunkan para personelnya itu dengan keras.
“Bangun!”
Mereka pun terkejut dengan kehadiran komandan mereka. Lekas-lekas mereka menyiapkan diri mereka.
“Apa yang kalian lakukan?” sebuah pertanyaan retoris keluar dari mulut Kapten Inf Agus Rohman. “Kalian tahu, di dalam markas itu ada senjata, gudang peluru? Bagaimana jika ada musuh yang mengambilnya?” Lanjutnya.
Tidak ada satu pun yang berbicara. Dan diam itu adalah jawaban bahwa mereka salah.
“Buka baju kalian! Buka sebelah sepatu kalian! Lari keliling markas!”
Mereka pun lari keliling markas dengan telanjang dada dan telanjang sebelah kaki. Dinginnya udara Cicalengka diterjang. Udara dingin itu mampu membuat mereka berpikir jernih. Mereka merenung, ternyata Kapten Inf Agus Rohman orang yang tegas. Jika ada kesalahan yang diperbuat oleh personelnya, ia akan menganggapnya itu adalah kesalahan. Ia tidak memakluminya. Prinsip Kapten Inf Agus Rohman:
Katakan “benar” jika benar, katakan “salah” jika salah.
Memang, Kapten Inf Agus Rohman adalah pemimpin yang keras. Ia selalu merasa bertanggung jawab dengan personelnya. Caranya bertanggung jawab adalah dengan membina personelnya hingga tuntas. Beberapa kali ia ditawari untuk pindah ke kompi lain untuk sirkulasi pemimpin, tetapi ia menolak karena ia merasa belum membina personelnya secara maksimal. Ia ingin fokus di suatu tempat dan akan beranjak bila ia merasa bahwa tugasnya telah selesai.
Latihan yang diterapkan oleh Kapten Inf Agus Rohman agak berbeda dengan kompi lain. Ia tidak hanya membentuk fisik dan mental personelnya. Ia juga membentuk sikap personelnya.
Suatu ketika, ia dan personelnya mengadakan latihan. Bentuk latihannya adalah long march. Mereka masuk dari kampung satu ke kampung lainnya. Hal itu dilakukan oleh Kapten Inf Agus Rohman agar tentara dekat dengan masyarakat dan memahami masyarakat. Itu adalah salah satu cara Kapten Inf Agus Rohman agar personelnya memiliki sikap yang baik sebagai tentara, termasuk sikap tanggung jawab.
Demikian pula pemimpin, dia harus menebarkan kebaikan sehingga semua orang menyukainya. Namun, bukan berarti kebaikannya itu dapat disalahgunakan. Jika seseorang mengusik hatinya, durinya akan menusuk orang itu.
Pemimpin itu harus seperti mawar.
Mawar adalah bunga yang indah dan sedap dipandang. Semua orang suka dengan keindahan mawar. Namun, jika seseorang tidak hati-hati ketika memegangnya, ia akan terluka oleh duri.
Dikutip dari Buku Panglima Dari Bandung Selatan: 88 Praktik Kepemimpinan Ala Mayjen TNI H. Agus Rohman, S.I.P., M.I.P.